Peringatan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Mengenai Hadits Palsu di Akhir Zaman
Peringatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Mengenai Hadits Palsu di Akhir Zaman adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Syarah Muqaddimah Shahih Muslim. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Emha Hasan Ayatullah pada Kamis, 19 Jumadil Awal 1446 H / 21 November 2024 M.
Kajian Islam Tentang Peringatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Mengenai Hadits Palsu di Akhir Zaman
Saat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus, beliau menjadi penjelas sekaligus teladan dalam mengamalkan ajaran Al-Qur’an. Semua yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah pedoman hidup yang sempurna. Para sahabat adalah generasi yang paling antusias mempelajari, mengambil, dan meneladani semua yang mereka lihat, dengar, dan saksikan dari beliau. Mereka tidak memilah antara perintah yang wajib dan sunnah, tetapi memahami bahwa seluruh ajaran beliau adalah satu-satunya sebab keselamatan dan kesuksesan.
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata:
لست تاركاً شيئاً كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعمل به إلا عملت به، وإني لأخشى إن تركت شيئاً من أمره أن أزيغ
“Aku tidak akan meninggalkan satu pun perkara yang pernah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kerjakan kecuali aku juga melakukannya. Sesungguhnya aku khawatir, jika aku meninggalkan sesuatu dari perintahnya, aku akan tersesat.”
Begitu pula Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu. Ketika mencium Hajar Aswad, ia berkata:
اني اعلم انك حجر لا تنفع ولا تضر ولولا اني رايت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقبلك ما قبلتك
“Aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu yang tidak dapat memberi manfaat atau mudarat. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menciummu, aku tidak akan menciummu.”
Para sahabat memiliki karakter khusus. Mereka tidak memilah-milih ajaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apa yang dilakukan Nabi, mereka lakukan. Apa yang ditinggalkan Nabi, mereka tinggalkan.
Namun, zaman terus berganti. Fitnah, hawa nafsu, dan kepentingan duniawi mulai memengaruhi umat. Ini akan berakibat pada ajaran syariat. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ إِلَّا وَالَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ
“Tidaklah bergulir waktu kepada manusia, kecuali masa setelahnya lebih buruk dari sebelumnya.” (HR. Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, maksud hadits ini tidak selalu berlaku untuk kepemimpinan. Sebagai contoh, pemerintahan Umar bin Abdul Aziz lebih baik dibandingkan sebagian pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya. Namun, beliau menemukan atsar dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu yang menyatakan:
“Tidaklah zaman berganti melainkan ilmu yang setelahnya lebih sedikit dari ilmu orang-orang yang sebelumnya.”
Upaya Menjaga Kemurnian Ajaran
Pada masa awal, para sahabat belajar langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Setelah beliau wafat, kaum muslimin belajar dari para sahabat. Kemudian, para tabi’in menyebarkan ilmu kepada seluruh umat Islam. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul orang-orang yang berupaya merusak ajaran agama, termasuk dalam urusan hadits.
Hadits mulai ditarik untuk kepentingan pribadi, sehingga terjadi pencemaran terhadap sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun, Allah ‘Azza wa Jalla menetapkan adanya ulama yang menghafal, memelihara, dan menjaga peninggalan Nabi dengan penuh pengorbanan.
Akan tetapi ini adalah sunnatullah. Akan selalu ada orang-orang yang memang menjadi perusak. Hadits mereka rusak, ditambahkan, atau dibuat sendiri. Inilah yang dikenal dan diingatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah dalam muqaddimah ini.
Imam Muslim rahimahullah dalam muqaddimah kitabnya mengingatkan tentang keberadaan الكذابون (alkadzabun) atau para pendusta. Dalam bahasa Arab, istilah kadzab memiliki makna yang sangat tegas dan menunjukkan sifat pendusta sejati. Mereka tidak hanya sedikit; bahkan Imam Muslim menyebutkan adanya الدجالون (addajjalun), yaitu orang-orang yang membawa kerusakan pada ilmu hadits yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu ketika mereka menggunakan hadits untuk kepentingan pribadi.
Maka pembahasan kali ini menyoroti beberapa orang yang memang ada realitanya, tidak pantas hadits itu didengar oleh orang yang memiliki karakter seperti mereka, atau memang ada orang-orang yang menyebarkan sesuatu yang sebenarnya tidak dikenal oleh kaum muslimin. Para ulama menjelaskan bahwa ketika disebutkan أجمعت الأمة (ajma’at al-ummah), yang dimaksud adalah kesepakatan para ulama, bukan orang awam. Demikian pula, jika sebuah hadits dikenal oleh kaum muslimin (maksudnya adalah para ulama), maka hadits ini berarti ada dasarnya.
Namun, ketika suatu hadits disampaikan tetapi tidak dikenal oleh para ulama, besar kemungkinan hadits tersebut adalah inovasi atau karya orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini termasuk dosa besar, yaitu berdusta atas nama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang menyatakan sesuatu sebagai hadits shahih padahal tidak, seolah-olah dia mengatakan bahwa itu adalah wahyu, padahal bukan.
Lihat: Peringatan Tegas Imam Muslim tentang Larangan Berdusta atas Nama Nabi
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan:
سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي أُنَاسٌ يُحَدِّثُونَكُمْ مَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ
“Akan ada di akhir umatku orang-orang yang menyampaikan hadits kepada kalian, yang kalian maupun orang tua kalian tidak pernah mendengarnya. Maka waspadalah kalian terhadap mereka.” (HR. Muslim)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkan para sahabat tentang datangnya orang-orang yang membawa hadits palsu. Mereka menciptakan riwayat yang tidak pernah disampaikan oleh Nabi, dan peluang dustanya sangat besar.
Hadits kedua yang disampaikan adalah riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، يَأْتُونَكُمْ مِنَ الْأَحَادِيثِ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ، وَلَا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ، لَا يُضِلُّونَكُمْ، وَلَا يَفْتِنُونَكُمْ
“Akan ada di akhir zaman para pendusta besar (Dajjal), mereka akan menyampaikan kepada kalian hadits-hadits yang belum pernah kalian dengar sebelumnya, baik oleh kalian maupun oleh bapak-bapak kalian. Maka waspadalah terhadap mereka. Jangan sampai mereka menyesatkan atau menggoda kalian.” (HR. Muslim)
Imam Muslim rahimahullah menjelaskan bahwa ketika seorang periwayat hadits ingin diterima, para ulama akan membandingkan riwayatnya dengan riwayat ulama terpercaya. Jika riwayat tersebut sesuai, maka periwayat dianggap aman. Namun, jika tidak, maka periwayat tersebut tertuduh dianggap lemah atau bahkan tertuduh membawa hadits yang mungkar.
Hammad bin Zaid rahimahullah, seorang ulama ahli hadits yang meninggal pada tahun 179 Hijriah, pernah mengatakan bahwa para munafik telah memalsukan hingga 12.000 hadits. Mereka menyebarkan hadits-hadits palsu ini di tengah kaum muslimin untuk merusak pemahaman umat.
Imam Al-Hakim rahimahullah, dalam komentarnya, menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam muqaddimah kitab Shahih Muslim, dan beliau tidak menemukan adanya cacat dalam hadits tersebut. Al-Hakim menshahihkan hadits ini, dan pendapatnya diikuti oleh Adz-Dzahabi rahimahullah.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54727-peringatan-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-mengenai-hadits-palsu-di-akhir-zaman/